Selasa, 22 Maret 2011


Kematian, sejatinya adalah sebuah proses yang tidak bisa di hindari oleh setiap mahluk hidup. Semua yang bernyawa pasti mati. Takdir yang akan menentukan bagaimana proses seseorang menuju ke kematian. Bayi, Muda, tua bisa saja meninggal dengan berbagai macam sebab. Kapan dan bagaimana kematian menimpa seseorang adalah rahasia Allah SWT sang pemilik kehidupan.

Jasad yang di tinggalkan roh, dalam tradisi manusia tetaplah harus di hormati. Diurus dengan benar dan dengan segala macam prosesi nya. Ada banyak tadisi mengurus jenasah dalam berbagai macam agama dan budaya di Indonesia. Ritual-ritual dalam mengurus jenazah kadang memang sangat merepotkan. Peluang ini kemudian dilirik oleh para pengusaha untuk mendirikan rumah duka. Bisnis yang agak menakutkan, tetapi manjanjikan dari segi keuntungan.

Di Jakarta dan sekitarnya saja saat ini ada kurang lebih 15 rumah duka dengan bermacam-macam fasilitas. Beberapa diantaranya malah menyediakan juga crematorium untuk tempat kremasi jenazah. Dengan penampilan yang modern dan perlengakapan yang canggih, rumah-rumah duka merangkap krematorium terlihat sangat bagus dan menarik. Beda sekali dengan kesan angker yang selama ini tampak pada tempat-tempat kremasi yang ada di daerah Cilincing. Biaya rumah duka mewah seperti ini pastilah tidak murah. Namun terbukti bisnis di bidang jenasah ini tidak pernah sepi order.

Mengapa Memakai Jasa Rumah Duka?

Untuk orang-orang beragama Islam mungkin agak aneh mendengar jasa pengurusan jenazah. Jenazah orang muslim biasanya diurus sendiri, bergotong royong dengan tetangga dan DKM masjid setempat. Pagi meninggal, dimandikan, dikafani, disholatkan, siang hari di makamkan, dilanjutkan dengan acara tahlilan, proses pun selesai.

Namun untuk orang-orang Tionghoa, prosesnya memang agak rumit dan panjang. Terutama untuk orang keturunan Tionghoa yang beragama Konghucu dan Budha. Orang yang beragama Kristen pun walaupun lebih sedehana, saat ini sering menggunakan jasa rumah duka untuk mengurus pemakaman. Tinggal dilingkungan Pecinan membuat ku sedikit banyak sering bersentuhan dengan tetangga yang tertimpa musibah. Mengurus sendiri jenazah merupakan hal yang mustahil karena banyak ritual-ritual yang harus dilalui. Dari mulai proses membeli peti mati, memandikan jenazah, merias jenazah, memasukan ke dalam peti, sampai menungguinya selama beberap hari sebelum dimakamkan. Proses nya akan lebih rumit lagi bila jenazah akan dikremasi.

Tetangga di sekitar ku biasanya mengunakan jasa Rumah Duka untuk pengurusan jenazah keluarganya. Meskipun jenazah di taruh di rumah, rangkain proses nya tetap dipegang oleh kru dari rumah duka yang disewa. Semua keperluan mengurus jenazah akan disediakan oleh pihak rumah duka. Keluarga yang ditingglkan tidak perlu repot-repot, tinggal hubungi pihak rumah duka, mereka urus sampai selesai kemudian bayar. Menunggui jenazah bukanlah hal yang ringan, tak jarang anggota keluarga yang ditinggalkan malah jatuh sakit karena kelelahan. Kurang tidur dan suasana rumah yang ramai menjadikan mereka tidak bisa beristirahat dengan tenang.


Apa yang Disediakan Rumah Duka?

-Rumah duka menyediakan peti mati dan pelengkapan sembahyang lainnya

-Ruangan untuk menaruh peti mati

-Kru yang bertugas menjaga peti mati selama 24 jam penuh lengkap dengan upacara dan doa-doa untuk orang yang meninggal

-Makanan dan minuman untuk para pelayat

-Pelayat akan datang ke rumah duka dan bukan ke rumah pribadi

-Tidak merepotkan keluarga yang di tinggalkan

-Keluarga almarhum dapat beristirahat dengan nyaman di rumah sendiri

Selama proses menunggu pemakaman, peti mati akan disemayamkan dan disembahyangi dengan ritual-ritual sesuai dengan agamanya. Pihak rumah duka juga dapat menyediakan jasa rohaniawan untuk pembacaan doa ini.

Untuk wilayah Bogor dan sekitarnya, rumah duka yang sering dipakai adalah SINAR KASIH, yang ada di jalan Batu Tulis No. 38, Bogor. Dalam prosesnya, keluarga almarhum bisa memilih menaruh peti mati dirumah sendiri atau di “rumah duka”. Pengurusan mayat dari mulai memandikan, mendandani, manaruh jenazah kedalam peti, dan doa-doa semua sudah diurus oleh pihak pengelola rumah duka.

Jika pihak yang berduka memilih untuk menyemayamkan peti di rumah sendiri, maka pihak rumah duka akan mengirim tim, lengkap dengan peti mati dan kru pengurus jenazah. Jika akan disemayamkan di rumah duka, maka pengelola akan menjemput mayat dan kemudian mengurusnya di tempat mereka.

Biaya pengurusan jenazah ini tidak lah murah, berkisar antara 8 juta sampai 30 juta rupiah, bahkan bisa lebih mahal lagi. Komponen biaya yang paling mahal adalah peti mati. Harga peti mati bervariasi dari mulai 1 juta hingga puluhan juta rupiah tergantung dari jenis kayu dan kerumitan pembuatan nya. Pihak rumah duka biasanya sudah menyediakan semua perlengakapn untuk pemakaman. Untuk pemakaman Budha atau Konghucu biasanya ada perlengkapan lain berupa peralatan rumah tangga terbuat dari kertas.

Tahun lalu seorang pengusaha peti mati membuka usaha rumah duka di daerahku. Peluang usaha ini diliriknya karena selama ini masyarakat keturunan Tionghoa di daerahku biasanya memakai jasa rumah duka yang ada di Bogor. Kejelian nya membaca peluang usaha ini tampaknya sangat tepat, tiap minggu tak kurang dari 2-4 orang jenazah masuk ke rumah dukanya.

Keberadaan rumah duka ini juga membuka peluang usaha lain yaitu usaha pembuatan barang-barang keperluan pemakaman. Dalam tradisi Tionghoa biasanya ada peralatan pelengkap pemakaman diantaranya yaitu, peralatan rumah tangga berupa TV, kulkas, handphone, DVD player, Mobil, rumah-rumahan, lengkap dengan 2 orang pembantu laki-laki dan perempuan. Semua perlengakapn ini terbuat dari kertas dan nantinya akan dibakar pada prosesi pemakaman. Semakin banyak orang meninggal akan memberi multiplier effect untuk pembuat peti mati, karangan bunga, iklan media massa, dan jasa pembacaan doa.

Ada lagi profesi lain yang juga bekerja di rumah duka yaitu perias mayat. Petugas yang bekerja di sini dituntut untuk membuat jasad orang yang meninggal terlihat “bagus” penampilan nya. Mayat didandani dengan rapi, sama seperti orang akan berangkat ke acara penting. Untuk mayat yang laki-laki memakai setelan jas lengakap sedangkan yang perempuan memakai gaun yang indah. Kondisi mayat korban-korban kecelakaan terkadang sudah sangat rusak. Tugas perias mayat untuk membuatnya kembali terlihat “rapi”.

Gaya hidup di perkotaan yang menuntut efisiensi dan kepraktisan membuat usaha ini bisa berkembang dengan baik. Ditambah lagi adanya kepercayaan di kalangan masyakat tionghoa bahwa harga dari peti mati itu pantang untuk ditawar. Berapapun harga yang di berikan oleh pengelola rumah duka atau tukang peti mati, maka si ahli waris harus membayarnya tanpa di tawar lagi. Klop lah sudah keuntungan yang bisa di dapat dari usaha rumah duka ini.

Dari segi bisnis usaha ini cukup menjanjikan karena pemain nya relatif masih sedikit. Jika kita lihat google adwords tampak bahwa bulan lalu saja, untuk kosakata “Rumah Duka”, dicari sebanyak 1900 kali. Setiap hari ada saja orang yang meninggal dunia dan membutuhkan bantuan untuk mengurus jenazah. Jasa pengurusan jenazah ini biasanya dipakai oleh masyarakat keturunan China. Untuk itu, sebaiknya lokasi usaha dekat dengan komunitas orang-orang China. Meskipun kadang ada juga yang berasal dari etnis lain. Rumah duka biasanya sudah mempunyai tim yang akan menangani klien berdasarkan agama yang dianut si jenazah.

Keberadaan rumah duka di daerah Pecinan memang sangat menjanjikan dari segi bisnis. Setidaknya rumah duka yang ada di daerah Jakarta, Bogor, dan sekitarnya dapat bertahan selama beberapa generasi. Pengelola tinggal menyediakan tempat, peti mati, keperluan sembahyang, kru yang mempunyai skill mengurus mayat, dan ambulan pengangkut jenazah. Selanjutnya klien akan datang sendiri.

Apakah anda berminat?


Artikel ini pernah di muat di kompasiana.com
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/03/04/rumah-duka-bisnis-yang-tak-pernah-mati/

Minggu, 06 Maret 2011


Aroma hio yang menyengat bercampur asap yang memedihkan mata dan beduk khas China, menyambut ku ketika masuk ke halaman kelenteng (wihara). Orang-orang mulai ramai berkerumun disekitar bara api yang tampak merah membara. Hawa panas yang dipancarkan dari tumpukan bara sepanjang 10 m sudah terasa pada jarak 3 meter dari lokasi. Didalam wihara semua persiapan sedang dilakukan. Tangsin mulai membaca doa, asap hio semakin menyengat, suasana magis pun segera tercipta. Ritual akan diawali dengan acara potong lidah.


Acara potong lidah adalah upacara yang penuh daya magis, karena seorang tangsin dalam kondisi trance atau kesurupan akan melukai lidahnya. Darah yang keluar dari lidah akan dipakai sebagai tinta untuk menulis huruf-huruf Cina di atas kertas Hu. Kertas ini adalah kertas berwarna kuning yang biasa digunakan untuk upacara kematian. Tulisan yang ada pada kertas hu ini di percaya dapat menolak bala atau menakuti setan, sehingga kerap di pasang di pintu-pintu rumah warga
Potong Lidah
Tangsin mulai berkomat-kamit membacakan doa, sesaat kemudian tubuhnya bergetar. Tampak di tangannya Sebilah pedang berukuran besar berkilat di terpa sinar lampu. Kondisi trance atau kesurupan segera bisa kita lihat. Tangsin mulai mencabut pedang dan menempelkan pada lidah nya. Sesaat kemudian darah pun menetes deras dari lidah yang terluka. Tak sedikitpun rasa sakit pada wajahnya. Darah segera di tampung dalam piring kecil, kemudian tangsin menggunakan nya untuk menuliskan aksara cina di atas kertas berwarna kuning yang disebut Hu. Tulisan bertinta darah diatas kertas Hu, dianggap sebagi isim atau azimat untuk memulai ritual selanjutnya.
Injak bara
Isim yang terbuat dari kertas Hu kemudian di taruh dalam mangkuk, kemudian di kuburkan diempat sisi dari bara api yang mulai membara. Tujuan nya dalah untuk meinjinakan panas yang ada pada bara. Suara beduk khas china semakain keras berbunyi, Sesaat kemudian tangsin mulai keluar dari dalam wihara menuju ke tempat bara api. Berkomat-kamit sejenak, kemudian tangsin mulai menginjakan kaki diatas bara api. Dia berjalan perlahan, mengontrol setiap jengkal bara api yang dilaluinya. Tak ada sedikitpun rasa takut akan panas yang menyengat. Beberapa kali dia berjalan bolak-balik di seluruh bagian bara. Sesaat kemudian dia berteriak lantang, “…Essssai, para peserta injak bara pun segera bergerak mengikuti langkah tangsin. Kata esai merupakan tanda bahwa bara api sudah dijinakan dan dapat segera dilalui.
Penonton terhenyak sejenak, suasana mendadak sepi. Seorang tetanggaku dengan tenang berjalan diatas bara api yang membara, tampak wajahnya sedikit meringis ketika menginjak sesuatu diatas bara, tapi setelah itu kembali berjalan dengan tenang sampai di ujung lintasan.Setelah itu berturut-turut orang yang lain mulai berjalan diatas bara api yang tampak mengepulkan asap. Panas nya bara api tidakmenyurutkan peserta yang ingin mencoba bagaimana rasanya berjalan diatas bara.
Siapapun boleh menginjak bara ini, apapun keyakinan dan agama nya, tangsin siap membantu setiap orang yang berminat untuk merasakan sensasi berjalan diatas bara. Salah seorang tetanggaku yang setiap tahun rutin mengikuti acara ini mengatakan bahwa, telapak kaki nya hanya merasakan hawa hangat dari bara yang membara tadi. Memang kulihat kondisi telapak kaki nya baik-baik saja hanya ada sisa-sisa debu arang yang berwarna putih.
Dari cerita orang –orang yang mengerti akan ritual ini. Tangsin berperan dalam menjinakan bara api yang membara supaya tidak terasa panas di kaki orang yang menginjaknya. Namun kadang-kadang ada saja bagian dari bara yang tidak semuanya bisa di jinakan oleh tangsin.Akibatnya ketika terinjak akan terasa panas. Sama seperti kita menginjak duri ketika kita berjalan di padang rumput, demikian tetanggaku memberikan perumpamaan. Panas yang dirasakan pada telapak kaki hanya sebatas panas seperti ketika kita menginjakan kaki diatas aspal pada waktu siang hari. Meskipun demikian tak ada keberainian dalam diriku untuk mencobanya. Logika dalam otak ku tak mengizinkan aku untuk melakukan nya. DItambah lagi hawa panas yang sangat terasa pada jarak beberapa meter dari bara yang membara, menyiutkan nyali ku.
Mandi Minyak Panas
Acara lain yang tak kalah menarik adalah mandi minyak panas. Seorang kru menyiapkan tungku besar yang diatasnya di masak minyak. Tangsin mulai trance dan segera memotong lidah nya untuk mendapatkan darah. Darah digunakan untuk menuliskan sesuatu di kertas hu dan dalam kuali besar yang akan di gunakan untuk memasak minyak.
Minyak pun dituangkan, ditambah sedikt teh dan bunga sedap malam. Api pun segera dinyalakan. Tak lama kemudian minyak mulai terlihat panas, tangsin segera merapalkan doa-doa, para peserta mulai berbaris di belakang tangsin. Sesaat kemudian, tangsin mempersilahkan mereka melakukan ritual. Minyak yang sangat panas tersebut di kibaskan ketubuh mereka dengan menggunakan selembar handuk kecil, tak seikit pun rasa takut tubuhny akan hangus melepuh. Aku dan penontonn yang berada di dekat mereka merasakan betapa panas minyak yang terpercik kearah kami. Namun, tubuh-tubuh yang bertelanjang dada ini begitu menikmati setiap tetes minyak panas yang mengenai tubuh mereka.
Selesai acara mandi minyak, penonton pun segera berhamburan menyerbu minyak yang tersisa di dalam kuali besar. Untuk orang Tionghoa, minyak ini dianggap minyak pembawa berkah, sehingga penonton pun mulai berebut menampung minyak kedalam wadah apa saja yang bisa mereka gunakan. Beberapa diantaranya malah sudah membawa wadah dari rumah.
Rangkaian acara-acara ini adalah dalam rangka memperingati hari ulang tahun atau Se jit Kongco Hok Tek Ceng sin. Dalam kepercayaan orang-orang cina, Hok Tek Ceng sin atau Dewa Bumi ini dipercaya merupakan dewa pembawa rejeki dan kemakmuran.
Siapakah Hok tek Ceng Sin
Hok Tek Ceng Sin sering juga disebut sebagai Thouw Te Kong atau Dewa bumi. Dewa bumi dianggap ada pada setiap daerah. Makanya tak heran jika ada banyak wihara di Indonesia memakai dewa bumi sebagai ikon nya. Cerita mengenai asal muasal dewa bumi sangat beragam, salah satunya adalah cerita dari dinasti Thou.
Pada masa pemerintahan Thou Wu Tang, ada seorang menteri bernama Thio Hok Tek. Dia bertugas mengurusi pajak yang ditarik dari rakyat. Dalam melaksanakan tugasnya Thio Hok Tek sangat bijaksana, malah seringkali dia memberikan uang kepada rakyat yang tidak mampu. Setelah Thio Hok Tek meninggal dunia, jabatan nya di gantikan oleh Wei Chao. Orang ini sangat bertolak belakang sifatnya dengan Thio Hok Tek, rakyat ditindas dan pajak ditarik dengan semena-mena. Kerinduan rakayat akan orang yang bijaksana dan pemurah seperti Thio Hok eEk diwujudkan dalam bentuk patung.
Pemujaan terhadap patung Thio Hok Tek ini akhirnya meyebar diantara rakyat kecil, merekapun akhirnya memanggilnya dewa bumi. Pemujaan terhadap dewa bumi biasanay dilakukan setelah penen raya. Pemujaan sebagai bentuk syukur atas panen yang melimpah. Pada Dinasti Siang/Shang, tradisi ini kemudian diberi nama Hok Tek Ceng Sin, yang berarti memeperoleh rezeki .
Perayaan Sejit Hok Tek Ceng SIn
Sebagian besar kelenteng di Indoensia merayakan Sejit hok Tek Ceng Sin pada Tanggal 2 bulan 2 imlek (Ji Gwee). Sedangkan para petani di China merayakan nya pada tangal 15 bulan 3 imlek. Perbedaan ini terjadi Karena beragamnya versi cerita mengenai Hok Tek Ceng Sin.
Perayaan Sejit hok tek ceng sin selalu meriah, karena atraksi-atraksi luar biasa yang selalu di tunggu oleh para penonton. Perayaan sejit meskipun sejatinya adalah perayaan keagamaan namun selalu memberi hiburan tersendiri bagi masyarakat sekitar wihara. Sejak era pemerintahan Gus dur kesenian-kesenian Cina mulai kembali bergairah. Barongsai, Wayang Potehi, termasuk perayaan-perayaan keagamaan di kelenteng-kelenteng kembali menunjukan eksistensinya.
Semua budaya ini berbaur dengan budaya-budaya lokal tanpa ada gesekan di masyarakat. D isetiap perayaan di kelenteng yang ada di daerah ku ini, selalu ada kesenian tradisonal lenong betawi dan gambang kromong. Ibu-ibu berkerudung kerap terlihat di halaman kelenteng, menonton pertunjukan-pertunjukan yang di selenggarakan. Suasana yang guyup dan bersahabat sangat terasa disaat-saat seperti ini. Hilang sudah sekat-sekat SARA diantara kami, yang ada adalah kami warga satu kampung yang sedang bergembira, semoga ini menjadi contoh betapa indahnya kebersamaan berbingkai kebhinekaan.

Keterangan :
Tangsin : Orang yang berperan sebagai perantara antara roh dan dunia nyata, roh menggunakan tubuh tangsin untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar nya.
Kertas Hu : Kertas berwarna kuning, yang biasa di gunakan untuik upacara kematian, digunakan juga sebagai isim atau azimat
Sejarah Hok Tek Ceng Sin, Sumber:www. poanthian.blogspot.com