Minggu, 17 April 2011


“Menatap wajah purnama yang bulat sempurna sambil memetik dawai gitar yang mulai lapuk dimakan usia. Akankah dirimu pun sedang menatap bulan yang sama. Bulan yang dulu sering kita pandangi bersama, diantara tawa ceria para penjaja. Duduk bersama Diantara undakan tangga, merajut cerita yang rasanya tak pernah berujung. Tentang mimpi-mimpi yang coba kita raih dalam balutan cinta yang menggelora”


Ditengah malam yang mulai membisu, diselingi denting gitar dari jari-jariku yang mengalirkan segenap kenangan tentang dirimu. Lelaki bodoh ini tak juga percaya dengan takdir yang telah di gariskan Ilahi. “Lima belas tahun sudah lebih dari cukup bung. Sampai kapan kau akan tenggelam dalam kenangan, sementara yang sedang kau kenang pun saat ini mungkin sudah tidak mengingat mu lagi”, begitu bisikan hati yang selalu ku dengar.

Bukan Cuma kenangan buruk itu yang menjadi alasan ketakutanku untuk memulai lagi. Aku sudah lelah untuk memulai kembali. Malas melewati fase-fase hubungan, yang sudah pasti di selingi marah, sedih dan bahagia. Bersikap penuh kepalsuan demi untuk kebahagiaan pasangan. Mencoba tersenyum meskipun pahit, tertawa meskipun tidak lucu, setuju meskipun dalam hati menolak. Aku tidak akan melakukan hal-hal bodoh seperti itu lagi. Aku lebih suka tenggelam dalam kesendirian, mencoba menghibur diri mencari pembenaran atas nasib yang telah di gariskan. Berharap dan selalu berharap ada rencana lain dari Nya yang lebih elegan tanpa perlu membodohi diri sendiri dan memalsukan sikap.

Rasanya baru kemarin, ketika mimpi itu kita mulai. Uluran jari kelingking mu saat itu, laksana tali yang kau berikan kepadaku untuk menarik ku masuk kedalam dunia mu.Dunia penuh dengan mimpi-mimpi besar, tentang kejayaan hidup, konsumerisme dan hedonisme. Aku, seorang lelaki introvert yang tidak mempunyai visi yang jelas tentang hidup selain menjalani nya seperti air mengalir. Mendengarkan dengan takjub semua master plan hidup mu. Tentang pilihan hidup. pilihan karir yang akan kau lalui. Road map yang sudah sedemikian detil akan kau jalani. Akupun semakin tertunduk, betapa aku lelaki sederhana yang tidak punya keberanian untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit seperti mu.

Teringat sebait puisi kahlil Gibran yang dulu sering ku baca

“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana…… seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu…. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana…… seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada…”

Sesederhana itukah cinta kami, cintaku atau cintamu padaku,……………………… rasanya tidak.


Aku terhenyak ketika kau berkata, “ Bagaimana dengan rencana hidup mu? Dan mungkin juga hidup kita? Aku terdiam sejenak, ingin rasanya berbohong untuk menyamakan diri dengan mimpimu, tapi akhirnya aku berkata, “ aku hanya ingin punya istri anak dan sebuah toko, yang bisa menghidupi kehidupan kami, jawab ku perlahan.

“he he, cita-cita kok sederhana banget sih, buat dong rencana yang lebih besar, punya pabrik atau perusahaan kek, sahut mu sengit. Lalu dengan sangat bersemangat kamu mem “brain wash” ku tentang visi-visi kehidupan. Betapa uang bisa membeli semua yang kita mau, untuk bahagia jadilah orang kaya. Meskipun terasa naïf karena yang kau pacari pun hanya lelaki miskin dengan cita-cita yang sederhana.

Kau tularkan semangat hidupmu, membakar hari-hari ku selanjutnya. Perlahan tapi pasti kau rubah diriku seperti yang kau mau. Merubah penampilan ku yang kucel menjadi kinclong, merubah bauku dari asem menjadi woody & Sparkling, kau menulariku hobi mambaca mu, mencekokiku dengan Sydney Sheldon, Jhon grisham, Tetsuko Kuroyonagi, Clara ng,sampai dengan Mira W. Kutinggalkan Kho Ping Ho, Wiro Sableng, Tintin, Trigan, komik-komik wayang RA.Kosasih dan komik silat karya Djair dan Ganesh Th. Kau juga menulikan telingaku dari Gun N Roses, Metalica, dan Sepultura,kau beri aku David Foster, Mariah Carey, Richard Clayderman dan Jhon Denver. Demi cinta ku pada mu semua itu rela ku lakukan termasuk juga ketika kau meracuniku dengan sambal terasi dan ketimun yang tidak aku suka

Rasanya jauh sekali langkah yang telah aku tempuh untuk menyamakan langkah dengan mu. Bertahun-tahun terkuras tenaga, pikiran dan perasaan untuk mengejar langkah-langkah besar mu. Ketika aku berhasil mensejajarkan langkah ku, kau malah berpaling pergi. Rasa ku terkapar dalam kelelahan yang amat sangat, terlalu malas untuk kembali memulai sebuah hubungan baru, meskipun kesempatan kedua pasti selalu ada untuk orang yang mau berusaha. Berharap jejak mu dalam hatiku segera terhapus, seperti hujan menghapus debu diatas dedaunan. Terima kasih untuk pencerahan yang telah kau berikan, tapi aku sudah benar -benar lelah mengejar mu………..


baca juga :
dendam mbah dirja