Selasa, 07 Desember 2010

Jalangkung
Gerimis baru saja usai ketika aku ikut beberapa tetanggaku ke kebun bambu di belakang rumah. Luasnya hanya sebesar lapangan bola tapi suasananya memang menyeramkan. Bilah-bilah batang bambu bertumpuk-tumpuk membentuk kanopi raksasa yang menaungi jalan setapak di bawahnya. Desis angin membentuk suara-suara aneh yang menyelinap diantara gemerisik daun dan batang-batang bambu yang saling beradu.Belum lagi suara-suara binatang malam yang saling bersahutan dari mulai tonggeret, buek (burung hantu) sampai jangkrik.
Jarum jam baru menunjukan pukul 11 malam, dari sinilah pengalaman yang ingin kubagikan ini kumulai. Aku masih duduk di bangu SMA pada saat itu, aku ikut dengan beberapa tetanggaku karena penasaran dengan aktivitas yang sering mereka lakukan pada malam hari di belakang rumah ku ini. Di sini ada Bang Ujang menantu guru ngajiku dan ko Acan, sebagai figure sentral dalam urusan memanggil roh. Peralatan pun disiapkan, diantaranya yaitu keranjang rotan yg bagian ujungnya diberi kayu dan spidol, baju putih, kertas Hu (kertas orang mati yang biasa digunakan oleh orang keturunan cina) dan Hio



Semua benda ini kemudian dirangkaikan membentuk boneka sederhana (seperti pada gambar dibawah ini).


Boneka jalangkung seperti inilah yang biasa digunakan di kampungku jauh sebelum muncul filmnya. Difilm bonekanya tampak bagus dan rapi, beda sekali dengan yang kami gunakan.
Dua orang duduk memegang bagian samping keranjang, sementara Ko Acan mulai membaca mantera sambil membakar kertas Hu dan Hio. Mantera apa yang dibaca akupun tidak terlalu jelas mendengarnya, yang pasti bukan seperti yang ada di film. Tidak lama kemudian keranjang tampak bergerak-gerak, angin seperti berhenti bertiup, hening melingkupi sekeliling kami. Semerbak harum hio yang terbakar mulai membumbung di udara,hawa magis pun seketika tercipta.
Dua orang tetanggaku yang memegang keranjang tampak tegang, kedua tangan mereka tampak tegang menahan beban yang tampaknya semakin berat. Ko Acan berbisik kepada kami, “ Dia sudah datang, ambilkan kertas”, ya kertas karton inilah sarana kami berkomuniksi dengan roh yang datang.” Siapa yang datang, tolong tuliskan nama, Ko acan berbicara dengan suara agak keras. Hening sesaat, kami semua menahan nafas, keranjang rotan masih diam. Ko Acan kemudian berkata, “Kalu ngak mau sebutkan nama silahkan tinggalkan tempat ini, karena kami sedang ada keperluan.




Kertas Hu dan Hio
Keheningan kembali menghampiri kami, suara binatang malam, dan angin seakan berhenti sesaat. Keranjang rotan tiba-tiba bergerak, mata ku terbelalak melihatnya karena yang kulihat adalah ujung keranjang yang diberi spidol mulai menuliskan sesuatu.”A S I O N G” begitulah tulisan yang tertera pada kertas putih itu, tulisan yang ditulis dengan huruf besar-besar yang tidak rapi tapi dapat dengan jelas terbaca. Berapa umur kamu dan kenapa meninggal? Ko acan kembali bertanya?...27 tahun, tabrakan di puncak.Demikianlah spidol itu kembali menuliskannya di kertas putih itu.
Setelah pertanyaan-pertanyaan dasar yang dilakukan seperti layaknya ketika kita berkenalan dengan seseorang, kini tibalah saatnya pada pertanyaan pokok yang memang menjadi alasan warga disini datang ketempat ini. “ Angka berapa yang akan keluar besok”, ya Nomor SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah) yang pada waktu itu di legalkan oleh pemerintah.
Asiong terdiam sesaat, kemudian keranjang tiba-tiba terasa ringan, kami menunggu dengan sabar kurang lebih 15 menit. Tiba-tiba keranjang bergerak-gerak, dia kembali datang dan langsung menuliskan sesuatu di kertas putih,……………………..M I N U M, kami semua tersenyum, mungkin sebuah perjalanan yg melelahkan baginya. Seorang tetanggaku mengambilkan segelas air putih dan menyodorkannya kearah keranjang. Keranjangpun bergerak membungkuk berusaha meminum air tersebut. Berkali-kali seperti orang yang benar-benar kehausan dan menenggak air di gelas.meskipun demikian tidak tampak air yang hilang dari gelas tersebut hanya tampak riak air di gelas itu.
Keranjang kembali bergerak lalu menuliskan sesuatu di kertas putih………39, Ko acan kembali berbisik berapa empat angkanya? Keranjang terdiam lalu bergerak kembali……………….T I D AK TAHU. Lumayanlah dua angka juga demikian para tetanggaku berbisik-bisik.Akhirnya kami sudahi acara malam ini, Ko Acan kembali membaca mantra dan kemudian keranjang tampak bergerak-gerak lalu diam dan tampak ringan, "dia sudah pergi", bisiknya.Angin malam dan binatang malam kembali bersahut-sahutan angin semilir menerpa tubuh kami yang kedinginan. Membawa secercah harapan bahwa esok keberhasilan akan kami raih.
Sedikit flashback, dulu ketika SDSB di legalkan, menjamurlah kios-kios pedagang kupon. Dipinggir-pinggir jalan sampai ke pelosok kampung mudah ditemui pedagang ini. Berduyun-duyun rakyat mencoba peruntungan untuk membeli mimpi mendapatkan uang banyak tanpa kerja keras. Dikerumunan orang akan mudah kita dengar tentang cerita-cerita keberhasilan seseorang mendapatkan kekayaan dengan cepat. Entah benar atau tidak cerita itu bergulir, dari waktu ke waktu menyedot makin banyak warga ke dunia mimpi.
Milyaran rupiah dana berhasil di himpun dari masyarakat tanpa pernah kita tahu kemana bermuaranya dana yang begitu besar itu. Sebagian besar diyakini mengalir ke kantong-kantong pejabat, Only God Know!
Hari Rabu tahun 1989 (kalau tidak salah) merupakan hari bersejarah bagi warga kampung ku karena pada saat itu kami semua dapat uang besar tanpa perlu kerja keras karena nomor yang diberikan Jelangkung tembus meskipun hanya 2 angka saja. Untuk setiap pemasangan Rp.1000, uang yang didapat mencapai Rp.60.000, jumlah yang sangat lumayan pada saat itu. Sejak saat itu mulailah warga kampungku tergila-gila dengan jelangkung, meskipun seringkali nomor yang diberikan pun tidak pas dengan nomor yang keluar. Roh-roh yang bergentanyangan pun mulai mengisi hari-hari kami dengan nama yang bermacam-macam silih berganti masuk kedalam boneka jelangkung yang kami buat.
Akal sehat pun seakan hilang dari benak warga kami, mitos-mitos yang seringkali membuatku tertawa. Cerita tentang seorang bapak yang rela berbugil ria dimalam jumat kliwon demi untuk mendapatkan nomor dari nangka muda (tangtolang). Pada jam 12 tengah malam si bapak naik kepohon nangka perawan (pohon yang baru pertama kali berbuah) lalu memetik buahnya dengan menggunakan mulut. Nangka dibelah dan akan terlihat angka pada bagian dalamnya. Pada kenyataannya setiap nangka muda (tangtolang) yang dibelah memang akan tampak seperti membentuk angka tertentu, tinggal bagaimana anda menafsirkannya.
Cerita lain lagi, mengenai kodok buduk yang muncul saat jam 12 malam jumat kliwon (Ingat harinya harus jumat kliwon), kodok ditangkap lalu di kerik punggungnya dan akan tampak angka-angka tertentu jika anda sedang beruntung. Alhasil setiap jumat kliwon puluhan kodok buduk meregang nyawa karena kulitnya yang tipis harus dikerok silet
Belum lagi orang-orang yang nekat, rela menginap di kuburan yang dianggap angker hanya demi mendapatkan wangsit ataupun mimpi diberi nomor jitu. Cerita bahwa beberapa orang pernah mujur mendapatkan nomor jitu karena tidur dikuburan telah mendorong orang-orang untuk melakukan hal yang sama. Meskipun kenyataannya lebih banyak yang kecewa, uang melayang kulit budukan di gigitin nyamuk sepanjang malam.

Setelah seringkali mengalami kegagalan menembus nomor SDSB, kami pun mulai bosan dan tidak lagi memainkan jalangkung. Dari obrolanku dengan ko acan ku ketahui bahwa Bandar SDSB pun menggunakan jasa Jin dan setan untuk menjaga nomor yang akan keluar sehingga tidak bisa dilihat oleh siapapun. Pantas saja jasa paranormal laku keras pada saat itu baik untuk menembus nomor maupun untuk menjaganya, tinggal siapa yang lebih kuat.

Inilah sekelumit dunia mistik yang pernah hidup di kampungku, mungkin juga di tempat-tempat lainnya di Negara kita. Seiring perkembangannya kampungku pun sekarang mulai berubah menjadi kota. Mal dan pertokoan tumbuh dimana-mana, perlahan tapi pasti kisah-kisah mistik hanya menjadi dongeng orang tua kepada generasi dibawahnya. Beruntung aku masih sempat mengalaminya

salam


Nunu

0 komentar :

Posting Komentar