Sabtu, 24 Agustus 2013



                                   
MAMA


“Mengapa mama tidak menikah lagi saja ma? Suatu kali kutanyakan
Mama tersenyum,”rasanya lebih enak seperti sekarang saja, lebih bebas”, Jawabnya santai.
Mama menikah pada usia yang sangat muda.  SMA kelas 2 mereka terpaksa menikah, karena saat itu mama sudah hamil duluan. Selanjutnya aku lebih sering diasuh oleh nenek. Sebagai seorang remaja, saat itu, mama dan papa memang sangat tidak siap untuk berkeluarga. Tak heran jika usia pernikahan merekapun tidak berjalan lama. Waktu umurku lima tahun, mereka bercerai. Mama kemudian bekerja di Jakarta, sedangkan aku tinggal bersama nenek di Bandung.
Tak banyak yang kuketahui aktivitas mama di Jakarta. Sesekali, mama datang ke Bandung bersama seorang lelaki yang berbeda-beda. Entah kekasihnya atau sebatas teman saja aku tidak pernah menanyakannya. Aku jauh lebih sayang kepada nenek daripada mama. Namun setelah nenek meninggal dan aku menikah, kedatangan mama sangat aku harapkan. Bukan saja karena dia satu-satunya keluarga yang kumilki tapi juga karena mama adalah teman curhat yang asik. Bermacam masalah sering aku ceritakan dari mulai pekerjaan kantor, anak sampai urusan mas Har, suamiku.
                                                                        *****
Mas Har semakin dingin saja sekarang, Ma? Tanyaku pada suatu hari.
Mama tersenyum, “oh ya, kamu sudah pernah tanyakan kenapa?
“Hmmm belum sih”
“mungkin dia terlalu lelah bekerja”
“Ah, kan dari dulu juga dia bekerja seperti itu, jawabku sambil mengunyah potongan pisang goreng ketiga buatan mama.
Mama menahan tanganku yang akan mengangkat pisang goreng ke empat.
“inilah masalahnya Rin!
Apa masalahnya Ma?
“Lihat tubuh mu? Kamu masih muda, tapi udah kendor dimana-mana”
“Kamu lihat body mama nih”, mama berdiri sambil melenggak-lenggokan tubuh sintalnya. Di usia empat puluhan, mama memang masih terlihat cantik. Tubuhnya padat berisi, karena memang rajin berolahraga. Rambutnya indah tergerai persis seperti iklan-iklan shampoo di TV. Kulitnya putih bersih dan terawat. Tiba-tiba saja aku merasa iri dengan semua kecantikan mama.
 Ucapan mama serasa menggedor hatiku yang paling dalam. Aku berdiri, mendekatkan diri ke cermin. Aku memang hampir tak kenal pada sosok di cermin itu.

                                                                        *******
Kedatangan mama sangat membantu kesibukanku sehari-hari. Paling tidak, ada orang yang membantuku mengasuh Dinda, anak semata wayangku. Aku dan mas Har bekerja, sehingga mengurus rumah tangga merupakan satu hal yang sangat merepotkan buat kami. Pagi hari kami harus mengantar Dinda dulu kesekolah, baru kemudian pergi ketempat kerja masing-masing.
Setelah obrolanku dengan mama sore itu, aku selalu cemburu jika melihat mas Har rapi dan wangi. Apalagi dia bekerja disebuah toko swalayan yang sebagain besar karyawannya adalah perempuan.
                                                                        ******
Pagi itu, baru saja aku sampai di kantor. Komputer baru saja aku nyalakan. Namun tiba-tiba saja tubuhku mengigil dan kepalaku pusing. Beberapa bulan ini, setiap akan datang bulan, gejala ini selalu kurasakan.
“kamu pulang saja Rin, wajah kamu pucat banget, sebaiknya kamu ke dokter”
“iyy ya pak, saya izin pulang saja”
Jam baru menunjukan jam 10 pagi ketika aku sampai dirumah. Kondisi rumah sepi, tapi sayup-sayup kudengar ada suara-suara aneh dari dalam kamarku. Kuurungkan untuk membuka kunci pintu depan.
 Aku memutar kesamping rumah. Aku mengendap-endap kesamping kamarku. Suara-suara desahan kudengar semakin keras dari dalam sana. Hatiku mendidih, dadaku bergemuruh,gigiku gemeretak menahan amarah. Kuintip dari balik tirai yang sedikit terbuka dari samping kamarku.
Kudekatkan wajahku pada kaca jendela.  Aku terbelalak tak percaya, disana kusaksikan mas Har sedang bercumbu dengan seorang wanita. Melihat potongan rambut dan bentuk tubuhnya, rasanya wanita itu tak asing buatku.
Lututku lemas Jantungku serasa berhenti ketika wanita itu, menyibakkan rambutnya dan  menengok kearahku……




0 komentar :

Posting Komentar