Rabu, 28 Agustus 2013

Aku memanggilnya Ayah, seorang lelaki yang sangat berarti dalam hidupku.Lelaki hitam legam yang tak banyak bicara namun selalu kami rindukan kehadirannya. Lelaki paruh baya yang selalu memberi kami ketenangan, kehangatan, dan jutaan kasih sayang yang tak terkira.
Aku selalu merindukan bau kecut keringatnya saat pulang membawa sejumput rezeki. Gurat lelah diwajahnya selalu ditutupiya dengan senyum lebar, ketika kami meyambutnya di pintu rumah kontrakan kami.
Pagi buta dia sudah berangkat. Gerobak, pakaian lusuh dan sebatang ganco adalah teman setianya disepanjang perjalanan. Ibu hanya menyiapkan sebotol air dalam botol bekas air mineral, dan sebungkus nasi berlauk tempe. Nasi berbungkus koran bekas itu yang memberinya tenaga.
1341316366692701547
sumber : Dokumen Pribadi
Namun sejatinya sorot mata penuh harap dari anak dan isteri dirumahlah yang memberinya kekuatan luar biasa untuk melakoni pekerjannnya. Selaksa doa kami panjatkan, “semoga ayah dapat rezeki yang banyak hari ini”. Aku hampir tak yakin kalau Tuhan mendengar doa kami. Selama bertahun-tahun tidak pernah kulihat ayah membawa banyak uang. Sepanjang yang ku ingat, ayah hanya menyerahkan beberapa lembar uang kepada Ibu. Ibu akan menerimanya dengan sukacita. Dan di balik senyum tulus ibu, aku tahu, otaknya sedang bekerja keras mengatur anggaran supaya cukup.
Terkadang aku dan adik ku memaksa ikut di gerobaknya. Kami berdua naik diatas gerobak, menikmati panasnya matahari, paparan carbon monoksida dari kendaraan dan luluran debu jalanan. Sementara kami asik bermain diatas gerobak, ayah menarik gerobak sambil matanya sibuk mencari-cari kardus, bekas botol minuman ataupun barang lain yang sekiranya masih laku dijual,
Tak ada yang perlu diratapi dari kemiskinan kami. Setidaknya sejumput kebahagian masa kecil masih dapat kami rasakan, meskipun dari atas gerobak, Tuhan mungkin tidak memberi keluarga kami uang yang banyak tapi Dia telah memberi kami limpahan kebahagiaan yang luar biasa.
******
Beasiswa dari sebuah BUMN membalikan semua nasibku. Aku bisa kuliah, sesuatu yang tak pernah aku bayangkan meskipun dalam mimpi. Selesai kuliah aku bekerja disebuah perusahan asing. Dan roda nasib pun berputar kearahku. Aku terdorong keatas dalam pusaran tertinggi. Karirku menanjak dengan cepat, kekayaan tiba-tiba saja melimpah ruah. Ayah dan ibu kembali ke desa, membeli sebidang tanah dan rumah. Aku dan adik ku tinggal di kota, menapaki kesuksesan hidup yang banyak diburu orang dengan berbagai macam cara.
*****
Kini dari dalam sejuknya mobil mewah, kulihat seorang lelaki tua berjalan tertatih mendorong gerobaknya. Dua orang bocah dekil asik bermain diatasnya. Aku terhenyak, Selaksa doa kupanjatkan, semoga Allah SWT memberi kalian jalan seperti Dia memberikannya kepadaku. Tak terasa mataku berkaca-kaca, tiba-tiba aku teringat lelaki hitam legam itu, aku rindu Ayah…….

0 komentar :

Posting Komentar