Kamis, 29 Agustus 2013




Sorot-sorot mata licik, putus asa, dendam, liar, semua bisa ku temui disini. Orang-orang dengan dengan seribu macam persoalan yang melingkupi pikiran mereka. Sampah masyarakat yang tidak pernah terbayangkan dalam pikiran liarku sekalipun. Disinilah aku sekarang, bersama mereka, orang-orang terbuang. Mencoba menikmati sedikit kebebasan yang masih tersisa. Duduk-duduk diluar sel, sambil menikmati semilir angin dan mentari yang tak pernah memilih siapapun penikmatnya. Kaum kroco, bromocorah, pecandu, pengedar, pembunuh berdarah dingin koruptor, semua tafakur dalam nikmat yang belum tentu dapat kami nikmati sepanjang hari. Di dalam kompleks ini, waktu seakan berhenti. Detik demi detik yang berlalu seperti ribuan tahun. Denyut kota metropolitan membuat waktu seakan berlari tapi tidak disini. Baru satu minggu ini aku menghuni rumah para pendosa , hotel prodeo atau apapun julukannya. Mencoba mereset semua jam biologis dan aktivitas yang biasa aku lakukan.



Selembar kertas bekas sobekan majalah terbang tertiup angin. Jatuh selangkah didepanku, terlihat bait kalimat yang terpotong namun masih bisa terbaca. Lelaki Di Pintu Su…, sisa nya sudah hilang entah kemana. Penggalan kalimat itu sudah cukup membuatku terkesiap. Kuambil potongan kertas itu, kuperhatikan dengan seksama dan kubaca bait-demi bait kata yang ada. Pikiranku melayang-layang, jauh sebelum semua ini terjadi. Seorang mahasiswa teladan dengan segudang prestasi akademik yang sangat mumpuni. Anak orang kaya, berbakti kepada orang tua dan mahasiswa yang sangat shaleh dimata teman-teman. Sebuah gambaran ideal tentang seorang pemuda harapan bangsa.

Role model yang harus ditiru oleh banyak anak muda dinegara ini. Sehingga sebuah majalah merasa perlu menurunkannya dalam sebuah tulisan berseri.. Kehidupan sehari-hariku diliput, lengkap dengan bumbu-bumbu yang bisa membuat pembaca semua terpana. Masih ada ya pemuda baik seperti ini? Mungkin itu yang mereka tanyakan dalam hati. Itulah aku, pemuda sempurna menurut ukuran norma masyarakat.

“hai, kenapa kamu melamun nak? Suara dan tepukan dipunggung membuatku sedikit terkejut.

“oh eh yaa pak, sedang liat sobekan majalah ini”, jawabku sedikit gugup.

“coba bapak lihat!

“wah jangan pak”

“coba, bapak cuma mau liat aja, apa sih isinya!, suara pak Broto, teman satu sel ku, pelan namun sangat berkharisma.

Akupun menyerahkan sobekan majalah itu kepadanya.

“hmmm jadi pemuda yang dimajalah ini adalah kamu?

“iyy ya pak”. jawabku sambil menunduk. Pak Broto memperhatikanku, aku semakin menunduk. Aku dihinggapi rasa malu yang teramat sangat.

“Lelaki dipintu Surga itu hanya judul yang mereka buat pak, katanya supaya lebih menjual, saya tentu saja masih sangat jauh dari pintu itu, saya tidak sebaik yang diceritakan disitu”.

“setidaknya kebaikan yang kamu lakukan terhadap ibumu ini memang luar biasa nak, alangkah lebih baik lagi jika kamu juga melakukannya untuk orang lain”.

“tapi dimata saya, kamu masih tetap orang baik”

“maksud bapak?

“Orang baik itu bukan berarti tidak pernah berbuat kesalahan”

“Ingat nak, semakin tinggi pohon, angin akan semakin kencang menerpa. Semakin baik seseorang maka godaan yang datang pun akan semakin berat. Anggap saja ujian yang kemarin itu kamu gagal, dan saat ini kamu harus belajar lagi. Disini akan banyak sekali waktu untuk belajar, merenung dan mendekatkan diri kepadaNya. Waktu khusus yang tidak akan kamu dapatkan diluar sana. Satu yang harus kamu ingat, Meskipun kamu sudah mendekati pintu surga, Kamu bisa saja tergelincir kembali menjauhi pintu yang sudah kau dekati itu”.

Aku termenung meresapi kata-kata bijak pak Broto. Dia adalah mantan pejabat yang terpaksa juga harus mendekam dipenjara ini. Kebijakan yang dianggap menguntungakan salah satu peserta tender membuatnya dianggap merugikan Negara. Vonis 6 tahun sudah dijalaninya selama lebih dari empat tahun. Kabarnya setelah dipotong remisi, tiga bulan lagi pak Broto akan bebas.

“setan bisa berbentuk apa saja nak, mereka tidak akan bosan-bosannya membujuk manusia. Termasuk juga pada orang-orang yang beriman kuat. Setiap manusia punya sisi lemah yang akan dimanfaatkan untuk menjatuhkannya”.

Suara Adzan mulai bergema, shalat zhuhur akan segera dimulai. Kami bergegas menuju ke masjid yang ada dalam kompleks rutan.

                                                       ******

Jamaah sudah mulai meninggalkan masjid. Aku masih saja khusyuk dalam doa-doaku. Titik air mata tak mampu lagi kubendung. Selaksa penyesalan bergemuruh dalam dada.

“Ya Allah, yang maha membolak-balikan hati manusia, teguhkanlah hatiku ini agar tetap senantiasa di jalan Mu. Kesuksesanku selama ini membuatku sombong dan takabur. Hingga suatu saat aku tak bisa lagi membedakan mana yang halal dan mana yang haram. Uang jahanam itu yang telah meninggikan derajatku dimata manusia, dan kini uang itu pula yang membenamkanku ketempat yang hina ini. Ampuni aku ya Allah…….

0 komentar :

Posting Komentar